Kerja Sehat Tanpa Sakit Saraf
Pernakah saat bekerja Anda merasa pegal-pegal sakit punggung, otot kaku, dan badan tidak nyaman, tanpa sebab yang jelas? Mungkin saja keluhan itu akibat sikap tubuh atau kondisi tempat kerja serta peralatan kantor yang tidak tepat. Selain tidak aman, hal itu juga dapat menurunkan kualitas kesehatan Anda.
Seperti biasa selepas makan siang, Budhy enggan kembali ke meja kerjanya. Rasa tidak nyaman akibat terlalu dinginnya udara dari AC (air conditioning), hingga keluahan pegal-pegal dan otot kaku, menjadi alasannya.
Kondisi itu membuatnya tak betah duduk berlama-lama di depan komputer. Keluhan serupa itu sebenarnya kerap dilontarkan teman-teman sekantornya. Namun, mereka tak menemukan penyebab pastinya.
Anda mungkin pernah mengalami rasa tak enak badan, sakit punggung, juga pegal-pegal. Ada kalanya otot kaku, tangan linu, dingin, atau kebas (kesemutan), dan kehilangan kekuatan serta koordinasi.
Jika muncul gejala seperti itu, jangan anggap remeh. Dengarkanlah keluhan di punggung dan bagian tubuh lain. Siapa tahu itu pertanda Anda terserang penyakit pekerja atau mungkin mengalami masalah gerak dan fungsi saraf karena kekurangan vitamin B kompleks.
Penyakit pekerja bisa disebabkan banyak faktor. Namun, yang dominan karena gerakan fisik yang salah saat melakukan pekerjaan di kantor dan terjadi terus-menerus dalam jangka waktu lama. Akibatnya, terjadi kerusakan urat, otot, saraf, dan jaringan lunak lainnya.
Belum disadari
Menurut Dr. Hendrawati Utomo, Sp.Ok.-MS setiap jenis pekerjaan memiliki resiko kesehatan. Gedung perkantoran yang ber-AC sentral menyimpan risiko sick building syndrome atau sindrom gedung sakit. Sindrom ini disebabkan oleh kuman legionnaries yang senang tinggal pada AC sentral.
Sindrom gedung sakit tidak memiliki gejala spesifik. Pekerja yang mengidapnya bisa lemas, pusing, pegal-pegal, sakit sendi, dan gejala umum lainnya. Gejala ini akan hilang jika penderitanya berada di luar gedung, misalnya pulang ke rumah. Begitu dia kembali ke kantor, penyakit itu timbul lagi. Sindrom ini belum banyak disadari. Biasanya, pengobatannya pun masih simtomatik atua hanya berdasarkan gejala.
“Tidak jarang pengelola gedung dan pemimpin unit yang bertanggung jawab cenderung tidak paham. Jika pekerjanya sakit, mereka lebih banyak melihatnya sebagai keluhan biasa dan tidak berusaha melakukan perbaikan,” spesialis kesehatan dan keselamatan kerja dari Asosiasi Hiperkes dan Keselamatan Kerja Indonesia untuk wilayah DKI Jakarta ini.
Banyak faktor yang mempengaruhi tinggi-rendahnya tingkat kesehatan dan keamanan di tempat kerja, mulai dari faktor kimia, fisik, hingga faktor psikososial. Faktor kimia djelaskan Dr. Hendrawati biasa dipengaruhi oleh polusi dalam ruangan. Kondisi ini tergantung lokasi, usia gedung, zat-zat yang digunakan, sistem ventilasi dan sanitasi seperti pembuangan CO2, CO, ozon, asap rokok, ammonia dan sebagainya.
Faktor fisik berhubungan dengan suhu, kelembaban, penerangan, warna, serta ukuran tempat duduk dan meja. Termasuk penggunaan komputer, karpet, dan beberapa hal yang berhubungan dengan peralatan penunjang kerja.
Dari semua itu, yang cenderung memberikan efek faktor mikrobilogi yang terdapat pada AC, terutama dengan sistem sentral. Keberadaan kuman Legionella pneumonia dalam AC sering menyebabkan gangguan pernapasan seperti flu, pegal-pegal, bahkan sakit berat yang memaksa seseorang beristirahat selama beberapa hari.
Jenis mikroorganisme lainnya adalah virus dan jamur. Itulah sebabnya, perawatan AC sangat penting diperhatikan. Perawatan AC sentral perlu dilakukan setidaknya tiga bulan sekali. Akan lebih baik lagi jika jendela-jendela juga dibuka minimal seminggu sekali agar terjadi pergantian udara.
Temperatur yang ideal dan letak AC juga harus diperhitungkan agar tidak membuat pekerja terganggu. Sementara itu, faktor psikososial berkaitan dengan kondisi kejiawaan, seperti stres, hubungan antara rekan kerja dan kesiapan pekerja dalam menerima sesuatu yang tidak diinginkan, misalnya beban atau porsi pekerjaan.
Faktor-faktor tersebut, tambah Dr. Hendrawati, jika terus dibiarkan akan memicu berbagai keluhan, yang dapat mempengaruhi keseahatan dan produktivitas. Beragam keluhan yang mudah diamati di antaranya mengantuk, pusing, demam, flu, leher kaku, pegal-pegal, otot kaku, lelah, diare, dan gangguan pencernaan.
Setiap pekerja atau siapapun yang berhubungan dengan sistem keamanan dan kesehatan kerja, sebaiknya memahami beberapa faktor tadi.
Perlu vitamin saraf
Pekerja yang menggunakan komputer dalam waktu lama juga harus waspada. Mereka harus sadar akan masalah ergonomik (sesuatu yang mmebuat nyaman dan sehat selama beraktivitas). Operator komputer dan sekretaris misalnya, beresiko mengalami kekakuan otot karena biasanya terlalu banyak duduk.
Sebaiknya keyboard komputer sejajar dengan pangkuan agar beban kerja hanya di pergelangan tangan. Mata harus sejajar dengan monitor, tidak boleh lebih rendah, agar otot leher tidak tegang. Jarak mata dengan monitor tidak terlalu dekat agar tidak terpapar radiasi sinar dari monitor.
Satu hal yang tak boleh dilupakan dalam upaya menghindari berbagai keluhan tadi adalah tetap menjaga pola makan sehat. Bagi mereka yang kekurangan vitamin B kompleks contohnya, sangat beresiko mengalami keluhan pegal-pegal, ngilu, nyeri dan keletihan yang berlebihan. Karena itu, mereka membutuhkan vitamin yang berfungsi untuk memelihara kesehatan sistem saraf itu (neurotropika).
Ahli gizi dari IPB, Prof, Ali Khomsan, mengingatkan bahwa pola makan sehat dengan gizi seimbang memang dapat menjamin kebugaran tubuh selama bekerja. Selain itu, juga mampu menekan risiko pegal-pegal, otot kaku akibat gangguan fungsi saraf, serta memperkuat daya tahan tubuh dari beban kerja maupun stres.
Pemenuhan vitamin B kompleks antara lain dapat diperoleh dari asupan padi-padian (beras merah, gandum), sayuran hijau, dan kacang-kacangan (kacang hijau, kacang merah, kacang kedelai, dan lain-lain). Jika dari makanan sehari-hari yang alami tidak dapat memenuhi kecukupan vitamin tersebut, Anda dapat mengonsumsi suplemen vitamin B kompleks.
Bekerja memang harus Anda lakukan, namun jangan sampai menimbulkan gangguan kesehatan. Sebab, jika itu terjadi, justru akan menurunkan produktivitas dan kualitas hidup Anda. Mulailah hindari faktor riisko dengan memperbaiki lingkungan kerja, menjaga sikap tubuh saat bekerja, dan tetap menganut pola makan sehat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar